Menurut sejarah (staatblad no:378) Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang paling pertama di bentuk. Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950,
tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan provinsi
dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.
Di bagian barat laut
provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ibu kota negara Indonesia sedangkan Ibu kota provinsi Jawa Barat adalah Bandung.Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian barat. Saat ini terdapat wacana untuk mengubah nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, dengan memperhatikan aspek historis wilayah ini.
Kumpulan sejarah negeriku Indonesia
Tempat berkumpulnya sejarah kota kota besar dan provinsi yang ada di Indonesia.Kumpulan sejarah pulau Jawa,Kalimantan,Sumatera,Sulawesi dan Irian Jaya akan terbit di sini.
20 Okt 2013
17 Okt 2013
Sejarah Kesultanan Demak
Menurut cerita kata Demak berasal
dari bahasa arab “dama” dan ada juga yang mengatakan berasal dari bahasa jawa
kuno”damak”,,mana yang benar menurut anda?.....
Kurang lebih 6 (enam) abad silam,
berdasarkan letak geografisnya, kawasan yang bernama Demak ternyata tidak
terletak di pedalaman yang jaraknya lebih kurang 30 km daribibir laut Jawa
seperti sekarang ini. Kawasan tersebut pada waktu itu berada di dekat Sungai
Tuntang yang sumbernya berasal dari Rawa Pening.
Geografi kesejarahan mengenai kawasan Demak dapat pula dibaca di buku Dames, yang berjudul “The Soil of East Central Java” (1955). Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa Demak dahulu terletak di tepi laut, atau lebih tepatnya berada di tepi Selat Silugangga yang memisahkan Pulau Muria dengan Jawa Tengah.
Sejarah Cirebon
Menurut para sesepuh”sebutan Cirebon dulunya berasal dari kata kata Caruban,Cerbon,Carbon dan Saruban yang terus terjadi perubahan berdasarkan peralihan kepemimpinan dan agama di jamannya.Untuk lebih detailnya mari simak kisah asal usul Cirebon berikut ini;
KISAH asal-usul Cirebon ini telah ditemukan dalam historiografi tradisional yang ditulis dalam bentuk manuskrip (naskah) yang ditulis pada abad ke-18 dan ke-19. Tetapi manuskrip manuskrip ini belum bisa dijadikan bukti kuat sebagai asal usul Cirebon.Naskah-naskah tersebut baru dapat dijadikan pegangan sementara sehingga sumber primernya ditemukan.
Diantara naskah-naskah yang memuat sejarah awal Cirebon adalah Carita Purwaka Caruban Nagari, Babad Cirebon, Sejarah Kasultanan Cirebon, Babad Walangsungsang, dan lain-lain. Yang paling menarik adalah naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, ditulis pada tahun 1720 oleh Pangeran Aria Cirebon, Putera Sultan Kasepuhan yang pernah diangkat sebagai perantara para Bupati Priangan dengan VOC antara tahun 1706-1723.
Dalam naskah itu pula disebutkan bahwa asal mula kata “Cirebon” adalah “sarumban”, lalu mengalami perubahan pengucapan menjadi “Caruban”. Kata ini mengalami proses perubahan lagi menjadi “Carbon”, berubah menjadi kata “Cerbon”, dan akhirnya menjadi kata “Cirebon”. Menurut sumber ini, para wali menyebut Carbon sebagai “Pusat Jagat”, negeri yang dianggap terletak ditengah-tengah Pulau Jawa. Masyarakat setempat menyebutnya “Negeri Gede”. Kata ini kemudian berubah pengucapannya menjadi “Garage” dan berproses lagi menjadi “Grage”.
Menurut pendapat P.S. Sulendraningrat sebagai penanggung jawab sejarah Cirebon, munculnya istilah tersebut dikaitkan dengan pembuatan terasi yang dilakukan oleh Pangeran Cakrabumi alias Cakrabuana. Kata “Cirebon” berdasarkan kiratabasa dalam Bahasa Sunda berasal dari “Ci” artinya “air” dan “rebon” yaitu “udang kecil” sebagai bahan pembuat terasi. Perkiraan ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa dari dahulu hingga sekarang, Cirebon merupakan penghasil udang dan terasi yang berkualitas baik.
10 Okt 2013
Sejarah Banten
Sejarah Kabupaten Serang tidak dapat dipisahkan dari sejarah Banten pada umumnya,
karena Kabupaten Serang merupakan bagian dari wilayah Kesultanan Banten
yang berdiri pada abad ke-16 dengan pusat pemerintahannya terletak di
Serang (sekarang menjadi bagian wilayah Kota Serang)
.
.
Sebelum abad ke-16, berita-berita
tentang Banten tidak banyak tercatat dalam sejarah, konon pada mulanya
Banten masih merupakan bagian dari kekuasaan Kerajaan Sunda. Menurut
salah satu versi sejarah, dahulu ketika tanah Sunda masih dalam
kekuasaan Kerajaan Pajajaran (zaman Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi :
1482-1521 M), di Banten sudah terdapat 2 (dua) buah kerajaan, yaitu
Kerajaan Banten Girang dan Kerajaan Banten Pasisir. Banten Girang
dipimpin oleh Adipati Suranggana, dan Banten Pasisir dipimpin oleh
Adipati Surosowan. Keduanya itu konon adalah putra Prabu Siliwangi buah
perkawinannya dengan Dewi Mayang Sunda.
Adipati Surosowan mempunyai seorang
puteri bernama Kawung Anten yang kemudian diperistri oleh Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dari Cirebon. Dari pasangan ini
terlahir seorang anak laki-laki bernama Sabakingking.
Sebagai putra Sunan Gunung Jati,
Sabakingking mewarisi kepandaian ilmu agama Islam dan ahli dalam
memerintah sebuah kerajaan. Maka setelah berhasil menaklukkan Banten
Girang pada tahun 1525, dan mempersatukannya dengan Banten Pasisir,
Sabakingking mendirikan kesultanan Islam di Banten yang pertama. Atas
prakarsa SyarifHidayatullah, pusat pemerintahan yang semula bertempat di
Banten Girang dipindahkan ke Banten Pasisir. Penobatan Sabakingking
dengan gelar “Maulana Hasanuddin” sebagai pemimpin dan yang meng-
Islam-kan Banten, dilakukan pada tanggal 1 Muharram 933 H yang
bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1526 M.
Pada masa Sultan Hasanuddin telah
dibangun sebuah keraton sebagai istana kesultanan yang berfungsi sebagai
pusat pemerintahan dan sekaligus merupakan pusat kota yaitu Keraton
Surosowan. Keraton ini dibangun sekitar tahun 1552-1570, dan konon
dikemudian hari melibatkan seorang arsitek berkebangsaan Belanda, yaitu
Hendrik Lucasz Cardeel (1680–1681), yang memeluk Islam yang bergelar
Pangeran Wiraguna. Dinding pembatas setinggi 2 meter mengitari area
keraton sekitar kurang lebih 3 hektar. Surosowan mirip sebuah benteng
Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang berbentuk intan)
di empat sudut bangunannya. Bangunan di dalam dinding keraton tak ada
lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi
kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan.
Langganan:
Postingan (Atom)